Rasulullah SAW.
membuat empat garis seraya berkata: “Tahukah
kalian apakah ini?” Mereka berkata: “Allah
dan Rasul-Nya lebih mengetahui.” Nabi SAW. lalu bersabda: “Sesungguhnya wanita ahli surga yang paling
utama adalah Khadijah binti Khuwailid, Fathimah binti Muhammad SAW., Maryam
binti ‘Imron, dan Asiyah binti Mazahi.” (Mustadrak Ash Shahihain 2:497).
Sabda Rasulullah
SAW. yang lain:
“Takutlah kepada Allah dan hormatilah kaum wanita.” (H.R. Muslim).
Itulah sebagai
tanda cinta Islam kepada wanita. Islam memuliakan wanita, dan menempatkannya
dalam kedudukan yang terhormat. Kita tahu, bahwa wanita itu makhluk yang lemah
dan rentan terhadap tindak kejahatan.
Pelecehan seksual
kerap mendera kaum wanita. Namun kita juga sering dibuat aneh dengan sikap
wanita di jaman sekarang ini. Berlindung di balik kedok emansipasi, kaum wanita
malah membuat peluang untuk dilecehkan. Karena menginginkan peran ganda dalam
kehidupannya dan ingin bersaing dengan laki-laki, akhirnya mereka sendiri yang
kedodoran menahan gempuran pelecehan seksual yang jelas membahayakan kesucian
dan kehormatan dirinya.
Dalam masyarakat
kapitalis, wanita sudah dijadikan komoditas yang diperjual-belikan. Mereka
dijadikan sumber tenaga kerja yang murah dan dieksploitasi untuk menjual
barang. Dan ini telah banyak memakan korban dan merendahkan martabat wanita
yang dalam Islam sangat dihormati. Wal hasil, emansipasi yang sebenarnya
mengangkat wanita dari perbudakan dan dominasi kaum pria, malah membuatnya
semakin amburadul.
Islam sangat
menjunjung kehormatan dan kesucian kaum wanita. Terbukti, suatu ketika seorang
muslimah di kota Amuria—terletak antara wilayah Irak dan Syam—berteriak meminta
pertolongan karena kehormatannya dinodai oleh seorang pembesar Romawi. Teriakan itu ternyata “terdengar” oleh
Khalifah Mu’tashim, pemimpin umat Islam saat itu. Kontan saja ia mengerahkan
tentaranya untuk membalas pelecehan tersebut. Dan bukan saja sang pejabat nekat
itu, tapi kerajaan Romawi langsung digempur. Sedemikian besarnya tentara kaum
muslimin hingga diriwiyatkan, “kepala” pasukan sudah berada di Amuria sedangkan
“ekornya” berakhir di Baghdad, bahkan masih banyak tentara yang ingin
berperang. Fantastis! Dan untuk
membayar penghinaan tersebut 30.000 tentara musuh tewas dan 30.000 lainnya
menjadi pesakitan.
Kondisi itu
sangat berbeda dengan sekarang, selain memang sistemnya tidak mendukung untuk
memuliakan wanita, wanitanya sendiri malah memberi peluang pria untuk mengotori
kesucian dan meruntuhkan kehormatannya. Jutaan wanita yang masih betah
mengumbar auratnya ketika keluar rumah. Yang secara fakta memang menjadi faktor
pemicu terjadinya pelecehan seksual.
Kita bisa
mengambil hikmah dari perlakuan Islam terhadap kaum wanita ini. Lapangan
pekerjaan wanita yang banyak di rumah, bukan berarti Islam mengucilkan dan
merendahkan wanita, tapi justru memuliakannya. Bekerja di luar rumah bukan
berarti tidak boleh. Mubah saja selama jenis pekerjaannya sesuai kodrat dan
tidak membahayakan kesucian dan kehormatan dirinya. Namun, bila jenis
pekerjaannya kemudian menuntut perannya yang besar hingga melupakan kewajiban
rumah tangganya, maka tentu saja tidak dibenarkan. Apalagi sampai mengancam
kesucian dan merendahkan kehormatannya sebagai wanita.
Dengan demikian, memang hanya dengan bercermin kepada Islam semuanya
akan beres, dan kaum wanita bisa meneladani pribadi-pribadi wanita terhormat
dalam hadits di atas. Dan tentu saja hanya dengan penerapan Islam sebagai
aqidah dan syariat dalam mengatur kehidupan yang bakal menuntaskan berbagai
problem masyarakat saat ini. n